Kasus Langka, Perempuan Ini Hamil di Perut Bukan di Rahim
Perempuan berusia 22 tahun tersebut akhirnya melahirkan bayi seberat 1,7 kg melalui operasi. Ia sempat membutuhkan transfusi, namun secara umum kondisinya baik-baik saja. Bayinya pun tidak perlu dirawat lama di rumah sakit.
Diyakini, janin itu tumbuh di rongga perut karena bergeser dari tuba fallopi atau saluran telur. Perempuan yang tidak disebutkan namanya tersebut memang menjalani pembuahan berbantu. Sel telurnya dibuahi di laboratorium, lalu embrionya ditanam ke rahim.
Sebelum ketahuan embrionya bergeser ke rongga perut, perempuan ini mengeluhkan nyeri perut dan merasa janin yang dikandungnya lebih jarang bergerak. Seperti dilaporkan dalam jurnal Biomed Central, ia juga mengalami kesulitan buang air kecil.
Dalam 2 pemeriksaan sebelumnya, kehamilannya dinyatakan normal dan tidak ada gangguan. Hasil USG di rumah sakit Mwanza juga tidak menunjukkan adanya kelainan. Perempuan ini pun hanya diberi obat untuk anemia dan infeksi saluran kencing.
Baru pada pemeriksaan berikutnya, hasil scan menunjukkan bahwa janin yang dikandungnya mengambang di rongga perut. Lebih mengejutkan lagi, seperti dikutip dari Dailymail, Kamis (13/3/2014), rahim yang seharusnya ditempati oleh sang janin justru kosong melompong.
Kehamilan yang terjadi di perut atau abdominal pregnancy merupakan kasus langka. Biasanya terjadi dalam pembuahan berbantu, ketika saluran telur pecah dan embrionya bergeser keluar dari saluran tersebut.
Berbeda dengan kehamilan ektopik (di luar rahim) lainnya, kehamilan di rongga perut masih memungkinkan bayi lahir sehat. Namun ada pula kemungkinan ibunya meninggal. Kasus kehamilan di rongga perut sendiri terbilang langka, diperkirakan hanya 1 dari 10.000 kehamilan.
(up/vit)