journey healthy future

Rabu, 04 Oktober 2017

Masuk Sumur, Hati-Hati Gas Berbahaya di Dalamnya

Keracunan gas yang menewaskan tujuh orang di Bogor patut menjadi pelajaran bagi masyarakat luas. Gas yang menjadi penyebab adalah gas dari limbah kardus telur. Ahli Kesehatan Lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Adi Heru Husodo mengatakan gas beracun bisa dihasilkan oleh limbah sampah yang menumpuk. “Penumpukan limbah itu bisa mengakibatkan adanya sulfur dioksida dan asam nitrat,” katanya saat dihubungi Selasa 3 Oktober 2017.

Adi mengimbau agar masyarakat mewaspadai kedua zat itu. “Zat itu bisa mengakibatkan kematian,” katanya.

Seseorang pun bisa mengalami keracunan gas yang berisi kandungan karbon monoksida. Menurut Adi banyak sekali kasus seperti ini terjadi. Biasanya para korban meninggal saat beraktivitas di dalam sumur. “Semakin dalam sumur, biasanya kandungan karbon monoksida tinggi,” kata Adi.

Menurut Adi, biasanya kedalaman sumur yang sudah mulai mengandung karbon monoksida sedalam belasan meter. Sebenarnya karbon monoksida juga dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Asap knalpot itu tentunya bisa memperburuk kesehatan orang yang menghirupnya. Namun mengapa karbon monoksida di jalanan tidak mengakibatkan kematian, seperti kandungan karbon monoksida yang ada di sumur?

Kondisi lingkungan menjadi faktor. Adi menjelaskan bahwa zat karbon monoksida yang dihasilkan kendaraan bermotor bisa tertiup angin sehingga terhempas jauh dan tidak mengenai orang langsung. Selain itu asap knalpot yang ada di jalanan pun ada di udara bebas sehingga tidak terkumpul di satu titik saja. Sebaliknya, saat di sumur, gas karbon monoksida terperangkap di ruang yang sempit, sehingga gas yang beracun itu pun terkumpul menjadi satu, statis dan stabil. “Jadi, bila ada pekerja menghirupnya, bisa langsung berakibat buruk baginya,” kata Adi.

Ada cara sederhana yang bisa dilakukan penggali sumur untuk mengecek apakah sumur itu mengandung gas beracun atau tidak. Yaitu dengan melempar obor ke dalam sumur. Bila obor masih menyala saat mencapai dasar, maka oksigen di dalam sumur itu masih ada dan cukup untuk pekerja. Api hanya bisa menyala bila ada oksigen. Sebaliknya, bila obor itu mati, maka ada kemungkinan oksigen tidak ada, dan sumur itu mengandung gas berbahaya.

Adi menyarankan agar para penggali obor melakukan tindakan pencegahan terlebih dahulu sebelum turun mengecek dasar sumur. Selain itu, peralatan perlindungan pekerja pun penting untuk digunakan bagi kegiatan dengan resiko tinggi itu. Bisa saja dengan mengikat tali di pinggang si pekerja yang akan menggali sumur. “Sehingga bila ada masalah seperti ternyata ada gas berbahaya, pekerja bisa diselamatkan dengan langsung ditarik ke atas,” katanya.

Ia menyayangkan kurangnya perhatian masyarakat dan pemerintah dalam memberikan perlindungan pekerja. Padahal berbagai pekerjaan bisa saja berakibat buruk pada keselamatan si pekerja. “Dalam hal keselamatan kerja, kita perlu mencontoh negara maju yang ,memberikan perhatian pada tindakan pencegahan,” katanya.tempo
Comments
0 Comments

0 comments:

Posting Komentar

Surat Keterangan Akreditasi FKM UNDIP

Bagi teman-teman yang membutuhkan informasi tentang Akreditasi FKM UNDIP... Silahkan download file di bawah ini... file sudah saya perb...

Find Us on Facebook

Blog Archives

Do Before You Die

Do Before You Die

Visitors


pinjaman utang