journey healthy future

Selasa, 08 Oktober 2013

50% Balita Indonesia Jarang Ke Posyandu

Tingkat partisipasi masyarakat memeriksakan kesehatan balitanya ke Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu (Posyandu) masih rendah. Kondisi ini salah satunya dipengaruhi oleh cara pandang orang tua yang merasa anaknya tidak perlu lagi dibawa ke posyandu seiring dengan pertambahan umur, selain itu, minimnya kepercayaan para orang tua terhadap kinerja kader Posyandu juga berkorelasi positif terhadap jumlah kunjungan balita ke posyandu.

Padahal posyandu merupakan ujung tombak layanan kesehatan dasar masyarakat. Penimbangan rutin dan penyuluhan kesehatan dari kader posyandu juga penting disadari oleh para orang tua khususnya yang memiliki balita untuk memantau perkembangan kesehatan buah hatinya.

Hal ini disampaikan Prof. Ali Khomsan, Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) saat temu media Kontes Nasional Kader Posyandu di Hotel Mercure, Ancol, Selasa (8/10).

Berdasarkan data Riskesdas 2010, 50 persen balita di Indonesia tidak melakukan penimbangan teratur di posyandu. Riset ini sekaligus menunjukkan kecenderungan semakin bertambah umur seorang balita, maka tingkat kunjungan ke posyandu untuk melakukan penimbangan rutin semakin menurun.

"Ketika anak berusia enam bulan, jumlah kunjungan masih cukup tinggi yakni sekitar 68 persen, namun berdasar riset yang dilakukan Kemkes 2010, posyandu rata-rata ditinggalkan saat usia anak tiga tahun ke atas," tandas Ali.

Sementara itu, Mayke S. Tedjasaputra, pakar psikologi dari Universitas Indonesia (UI) mengungkapkan penurunan kunjungan balita ke posyandu karena kini banyak orang tua yang merasa lebih mengetahui kondisi anaknya sehingga kurang menyadari bahwa mereka masih membutuhkan bimbingan dari para penyuluh kesehatan dalam mengatasi masalah gizi dan kesehatan pada anak.

"Ada anggapan yang salah dari para orangtua ketika mereka datang ke posyandu. Seringkali mereka malas datang karena takut diceramahi dan dimarahi kader tentang masalah gizi," ujarnya.

Perilaku orangtua yang seperti ini disinyalir menjadi penyebab anak akan terus berada dalam kondisi gizi buruk dan sering sakit.

Sebagai solusi, menurut Ali, bisa saja posyandu diintegrasikan dengan fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini  (PAUD) yang kini marak diikuti oleh para balita sebelum beranjak ke jenjang Taman Kanak-kanak.

"Era saat ini, orang tua lebih suka membawa anaknya ke PAUD untuk bermain sambil belajar, tak ada salahnya jika berkolaborasi dengan posyandu agar perkembangan gizi dan kesehatan anak juga terus dipantau," ujarnya.

Hingga tahun 2013, jumlah posyandu yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia sekitar 330.000. Posyandu digerakkan oleh para kader secara sukarela yang peduli dengan perkembangan kesehatan dan gizi anak Indonesia.

Referensi :
http://www.beritasatu.com/kesehatan/143263-50-balita-indonesia-jarang-ke-posyandu.html

Comments
0 Comments

0 comments:

Posting Komentar

Surat Keterangan Akreditasi FKM UNDIP

Bagi teman-teman yang membutuhkan informasi tentang Akreditasi FKM UNDIP... Silahkan download file di bawah ini... file sudah saya perb...

Find Us on Facebook

Blog Archives

Do Before You Die

Do Before You Die

Visitors


pinjaman utang