Diabetes Melitus, The Silent Killer
Secara harfiah, diabetes melitus bermakna “manis seperti madu”. Seseorang yang menderita diabetes melitus mengalami kondisi dimana tubuhnya tidak mampu mengubah makanan menjadi energi. Kondisi ini menyebabkan penderita memiliki kadar gula dalam darah sangat tinggi dalam jangka waktu lama. Perlu diketahui, diabetes melitus adalah penyakit kronis dan sebaiknya ditangani dengan perawatan khusus.
Dalam kondisi normal, tubuh orang sehat mampu mengubah makanan menjadi gula atau glukosa menjadi energi. Pengolahan ini dilakukan dengan bantuan hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas, organ vital yang terletak dekat lambung.
Apabila terjadi gangguan pada proses produksi dan penggunaan insulin membuat glukosa tetap beredar dalam aliran darah yang menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi tinggi (hiperglikemi). Di lain pihak, sel-sel tubuh tidak memiliki cukup gula untuk membentuk energi yang dibutuhkan.
Sekitar 30% penderita diabetes melitus disebabkan karena faktor genetik dan 70% lainnya disebabkan oleh faktor psikis, pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi, serta overweight.
Dari hasil survey, 80% orang terkena diabetes melitus meninggal dunia karena penyempitan pembuluh darah di jantung dan lebih dari 75% meninggal karena komplikasi. Gaya hidup yang kurang sehat dapat menyebabkan kadar kolesterol jahat (LDL) menjadi tinggi dan sangat tidak bagus untuk kesehatan jantung.
Sel-sel lemak seolah menghalangi hormon insulin untuk masuk ke dalam otot. Akibatnya gula tidak dapat masuk sel dan sel cepat rusak terutama sel-sel pembuluh darah. Jika hal ini berlangsung selama 5-10 tahun lagi, dapat menyebabkan berbagai komplikasi.
Pengobatan Seumur Hidup
Sekali seseorang tervonis menderita diabetes, maka dia akan menderita penyakit tersebut selamanya. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, tetapi bisa ditangani dengan perawatan khusus tergantung tipe diabetes yang diderita.
Diabetes sendiri terdiri dari dua tipe. Tipe 1 dapat terjadi karena penyakit autoimun yang dapat merusak pankreas sehingga tidak dapat memproduksi insulin. Kondisi ini sangat serius. Diabetes tipe 1 dapat menyerang anak-anak dan dewasa. Diabetes yang timbul pada masa anak-anak disebut “Juvenile Diabetes”. Diabetes tipe 1 sering disebut IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus – Diabetes yang tergantung Insulin).
Tubuh kehilangan kemampuannya memproduksi hormon insulin karena sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel-sel pembuat insulin. Ketika tidak ada insulin di dalam tubuh, glukosa tinggal di dalam darah dan tidak dapat digunakan sebagai energi.
Penderita diabetes tipe 1 harus menyuntikkan insulin untuk bertahan hidup. Bila jumlah gula darah terlalu tinggi (hiperglikemi) makan akan menyebabkan ketoasidosis, yaitu kondisi dimana tubuh tidak mampu menyerap gula dalam darah untuk membentuk energi. Akibatnya tubuh membakar lemak sebagai sumber energi dan menghasilkan sisa berupa Keton.
Penumpukan Keton dalam darah (ketosis) harus dikeluarkan dari tubuh bersama urine (ketonuria). Produksi urine makin meningkat, sehingga timbul dehidrasi yang membuat pH darah menjadi asam dan proses ketoasidosis dimulai. Kondisi ini dapat menyebabkan koma dan kematian. Gejala ketoasidosis diantaranya : sering buang air kecil, sangat haus, mual dan muntah, pandangan kabur, sering mengantuk dan disorientasi. Koma akibat ketoasidosis adalah kondisi serius. Ketoasidosis ringan tidak menyebabkan koma.
Tipe selanjutnya adalah diabetes melitus tipe 2 atau disebut NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / Diabetes yang tidak tergantung pada Insulin). Biasanya menyerang usia dewasa. Penyebabnya adalah kurangnya produksi insulin atau tidak efektifnya penggunaan insulin oleh tubuh. Gejala diabetes tipe 2 yang muncul pada masa kehamilan disebut Diabetes Gestasional. Sekitar 40% penderita Diabetes Gestasional akan menderita diabetes melitus tipe 2 dalam waktu 4 tahun.
Pentingnya Pemeriksaan Darah Sejak Dini
Mengingat diabetes melitus adalah penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup, maka akan sangat menolong apabila gejala diabetes terdeteksi sejak dini. Jika didiagnosis sejak awal, sebenarnya komplikasi akibat diabetes dapat dihambat atau dicegah sehingga kualitas hidup penyandang diabetes (disebut diabetesi) tidak terganggu. Gejala awal diabetes dapat terdeteksi dengan melakukan pemeriksaan darah atau medical check up sejak dini. Ironisnya, fakta menunjukkan bahwa hanya sekitar 50% dari diabetesi yang terdiagnosis dan menyadari mereka menyandang diabetes. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan medical check up sejak usia muda. Maka tidak salah jika diabetes melitus dianggap sebagai The Sillent Killer atau pembunuh diam-diam bagi mereka yang menderitanya namun tidak menyadarinya.
Pilar Pengelolaan Diabetes
Pada dasarnya, keberhasilan pengelolaan diabetes tergantung pada kepatuhan diabetesi terhadap pengelolaan diabetes, diantaranya : edukasi dan pemahaman diabetes melitus, pengaturan pola makan, olahraga teratur dan pengobatan serta pemantauan hasil terapi melalui pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk memantau kondisi individu penyandang diabetes, memantau kepatuhan dalam mengikuti terapi dan melihat resiko komplikasi yang mungkin terjadi. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
- Glukosa Puasa & Glukosa 2 Jam PP (untuk melihat konsentrasi glukosa individu pada saat diperiksa).
- HbA1c (untuk melihat konsentrasi rata-rata glukosa selama 3 bulan terakhir, menilai kepatuhan individu dalam mengikuti regimen terapi Diabetes [keberhasilan terapi] serta berguna untuk manajemen diabetes melitus yang optimal).
- Albumin Urine Kuantitatif, Kreatinin, Urine Rutin (untuk menilai fungsi ginjal, karena pada penyandang Diabetes banyak komplikasi yang mengarah pada ginjal).
- Albumin/Globulin, SGPT (untuk melihat ada tidaknya gangguan hati).
- Kolesterol Total, Kolesterol LDL Direk, Kolesterol HDL, Trigliserida (untuk melihat ada tidaknya gangguan lemak yang seringkali terjadi pad penyandang diabetes dan dapat meningkatkan risiko Penyakit Jantung Koroner [PJK]).

