100 Orang Meninggal karena Wabah Pes di Madagaskar, Penyebabnya Ritual Menari dengan Mayat?

Tradisi itu dikenal dengan nama “famadihana”. Secara harfiah, famadhina merupakan ritual menari dengan mayat. Untuk melakukan ritual ini, penduduk Madaskar biasanya akan menggali kembali kuburan kerabat terdekatnya, kemudian mereka akan mengganti kain kafan mayat tersebut sambil melakukan tarian tradisional sebelum akhirnya mayat dikembalikan ke liang kubur.
Famadihana sering dilakukan oleh penduduk yang tinggal di daerah pusat kota atau yang berada di dataran tinggi. Berdasarkan pengakuan Willy Randriamarotia, salah satu staff Kementerian Kesehatan Madagaskar, wabah Pes menular ketika orang-orang menyentuh mayat yang telah terkontaminasi bakteri pemicu Pes, Yersinia Pestis.
“Bila seseorang meninggal karena penyakit Pes dan mayatnya dibongkar kembali untuk ritual famadihana, bakteri penyakit itu masih bisa menulari siapa saja yang bersentuhan dengan jenazah,” tutur Willy kepada AFP, seperti dikutip dari Live Science, Sabtu (28/10/2017).
Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bakteri Pes yang telah masuk ke dalam tubuh manusia biasanya akan menyebabkan inflamasi pada kelenjar getah bening. Jika tidak diobati secara cepat, bakteri tersebut dapat menyebar ke paru-paru dan menyebabkan wabah pneumonia. “Penyakit ini juga bisa menyebar melalui udara,” tulis WHO dalam pernyataan resminya.
Menanggapi isu ini, pemerintah Madagaskar telah mengeluarkan sebuah peraturan yang melarang keras penggalian kuburan korban wabah Pes sebagai atribut ritual famadihana. Namun demikian, media lokal melaporkan bahwa beberapa orang masih melakukan hal tersebut secara diam-diam.
Dalam sebuah ritual famadihana di salah satu kota Madagaskar, seorang wanita mengatakan kepada AFP, “Saya akan tetap melakukan ritual ini. Wabah itu adalah kebohongan besar,” jelasnya.
Sejak wabah Pes menyebar pada Agustus lalu, setidaknya lebih dari 1.200 penduduk dikabarkan terjangkit penyakit tersebut. 100 di antaranya meninggal dunia. sumber:okezone.com