journey healthy future

Selasa, 18 Juni 2013

Baru 27,5% Ibu di Indonesia Berikan ASI Eksklusif

Merujuk laporan World Breastfeeding Trends Initiative 2012, Indonesia berada di peringkat 49 dari 51 negara yang mendukung pemberian ASI eksklusif.

Kementerian Kesehatan (Kemkes) sendiri telah menetapkan target cakupan pemberian ASI Eksklusif per 2014 sebesar 80 persen.

Kenyataannya, baru 27,5 persen ibu di Indonesia yang berhasil memberi ASI ekslusif. Menanggapi temuan ini, World Vision Indonesia (WVI) & Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) bekerjasama melakukan penelitian untuk mencari solusi pemberian ASI. Hasil penelitian tersebut dipaparkan Kamis (13/6) di Cheesecake Factory, Cikini, Jakarta.

"Undang-undang yang mendukung pemberian ASI dan kesehatan ibu-anak di Indonesia sudah baik, tapi pengaduan masyarakat mengenai pelanggaran hak bayi untuk mendapat ASI tetap marak. Hal inilah yang berusaha kami gali dan carikan solusinya," ujar Asteria Aritonang, Campaign Director World Vision Indonesia.

Selaku organisasi kemanusiaan yang fokus pada anak, WVI dan AIMI berharap, rekomendasi tersebut dapat ditindaklanjuti untuk memastikan setiap bayi mendapat haknya atas ASI sesuai mandat UU Kesehatan 36/2009.

Berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan, bahwa dukungan tenaga kesehatan merupakan faktor penting penentu keberhasilan ibu menyusui. Tenaga kesehatan memiliki peran sentral dalam pelayanan kesehatan dasar, mengurangi risiko kematian bayi saat lahir, dan memberikan perawatan ideal paska persalinan.

Berdasarkan referensi tersebut, penelitian yang dilakukan WVI dan AIMI secara khusus melibatkan hampir 250 responden yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan, seperti dokter, perawat, dan bidan. Penelitian dilakukan selama Februari - April 2013 di lima kota besar Indonesia menggunakan metode kuantitatif -kualitatif.

Beberapa temuan menarik, lebih dari 50 persen responden mengaku belum pernah mendapatkan sesi sosialisasi dan edukasi mengenai kebijakan menyusui. Sebagian besar responden yang pernah mendapat sosialisasi kebijakan mengaku tidak tahu atau tidak ingat pesan-pesan penting dalam kebijakan tersebut.

Sosialisasi Kebijakan Menyusui
 
Lebih jauh lagi, para tenaga kesehatan belum mendapatkan informasi yang memadai tentang cara mendukung ibu menyusui. Hampir semua responden memiliki pengalaman bertemu dengan pasien yang mengalami kesulitan menyusui, tapi tidak sampai 25 persen yang tahu bahwa pasien tersebut perlu diberi rujukan ke klinik laktasi dan atau konselor menyusui.

Setelah melakukan penelitian, WVI dan AIMI menemukan, bahwa tenaga kesehatan merasa perlu mengembangkan pemahamannya akan kebijakan menyusui melalui sesi diskusi yang interaktif.

Mereka berpendapat bahwa sosialisasi kebijakan yang selama ini dilakukan manajemen rumah sakit kurang efektif, karena hanya mengandalkan surat edaran atau mengandalkan individu tenaga kesehatan yang sudah mendapatkan pelatihan atau edukasi untuk menyebarluaskan kepada sejawatnya secara lisan.

"Perlu komitmen kita bersama agar kebijakan yang baik dapat diterapkan dengan lebih baik lagi," ujar Sari Kailaku, selaku Ketua Tim Riset AIMI.

WVI, AIMI, beserta semua mitra yang tergabung dalam koalisi NGO Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak berharap, bahwa semakin banyak bayi dan anak Indonesia yang bisa mendapat standar emas nutrisi.

Meliputi Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif selama 6 bulan, Lanjutkan Pemberian ASI selama 2 tahun atau lebih, dan Pemberian Makanan Pendamping ASI sejak usia 6 bulan dari bahan pangan lokal.

Kesuksesan ibu Indonesia dalam memberi ASI akan mendukung terbentuknya generasi penerus yang mumpuni. Anak sehat adalah investasi bagi bangsa.

Referensi:
http://www.beritasatu.com/riset/119566-baru-275-ibu-di-indonesia-berikan-asi-eksklusif.html

Comments
0 Comments

0 comments:

Posting Komentar

Surat Keterangan Akreditasi FKM UNDIP

Bagi teman-teman yang membutuhkan informasi tentang Akreditasi FKM UNDIP... Silahkan download file di bawah ini... file sudah saya perb...

Find Us on Facebook

Blog Archives

Do Before You Die

Do Before You Die

Visitors


pinjaman utang