Perlu Standarisasi Etika dan Profesi Ahli Kesehatan Lingkungan

Problem utama yang dihadapi oleh profesi kesehatan adalah etika dan standarisasi profesi kesehatan termasuk sanitarian.

Hal tesebut memerlukan suatu upaya untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan ahli kesehatan lingkungan, salah satunya dengan penataan organisasi yang manaungi. Sehingga tercapai kesepakatan dan kesepahaman dalam acuan kerja.

"Etika dan standarisasi ini sangat penting. Karena merupakan acuan kerja dan tuntunan ahli kesehatan lingkungan," kata Kepala Dinas Kesehatan Jateng dokter Anung Sugihantono dalam musyawarah daerah Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan (Hakli) Jateng di aula Stikes Hakli, Minggu,(13/11).

Anung menandaskan, permasalahan etika dan standarisasi ini perlu dituangkan dalam program kerja. Lebih jauh, tantangan kesehatan bukan hanya fisik dari lingkungan saja, melainkan telah merambah pada arah global seperti perubahan iklim. "Permasalahan ini, juga memerlukan perubahan yang fundamental dari organisasi kesehatan dan anggotanya. Selain itu, perlu dilakukan redefinisi dari profesi agar lebih dipahami," tandas Anung.

Sementara itu, Ketua I DPP Hakli Subardan Rochmat menyatakan pihaknya telah melakukan pentaan anggota dan profesi untuk menjawab tantangan kesehatan saat ini. Salah satunya adalah sertifikasi untuk profesi sanitaarian dalam bentuk Surat Tanda Regristerasi (STR) yang berlaku secara nasiobal. "Untuk mendapatkan ini, mereka harus melalui uji kompetensi yang sangat ketat," kata Rochmat.

Uji STR ini dilakukan oleh Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP),yang kemudian disahkan oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI). "Sanitarian mempunyai kewajiban untuk melakukan analisis di lingkungan yang menjadi wilayahnya. Seprti kasus yang terjadi di Depok terjadi KLB Hepatitis A. Ini,harus menjadi tantangan ahli kesehatan lingkungan untuk bekerja lebih maksimal," tandasnya. (suaramerdeka.com)