1 dari 4 Remaja Putri AS Terjangkit Penyakit Seksual
Sedikitnya satu dari empat remaja putri di seluruh Amerika Serikat terjangkit penyakit menular seksual (PMS). Ini berarti lebih dari 3 juta remaja putri di AS terjangkit PMS.
Virus yang mengakibatkan timbulnya kanker leher rahim nampak dominan pada infeksi PMS di kalangan remaja putri AS untuk golongan usia antara 14 hingga 19 tahun. Prevalansi tertinggi dari keseluruhan kasus terdapat pada kalangan remaja putri kulit hitam atau mencapai hampir separuh dari kasus PHS yang ada. Hasil studi yang dikeluarkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS ini menyebutkan 20 persen kasus PMS terjadi di kalangan remaja kulit putih dan warga Amerika asal Meksiko.
Sekitar separuh peserta survei atau 40 persen diantaranya mengaku pernah berhubungan seks. Sementara peserta studi lainnya mengaku melakukan hubungan intim dalam bentuk oral seks yang berisiko pada terjangkitnya PHS.
Dr. John Douglas, direktur divisi PMS dari Badan Pengendalian Penyakit AS, menjelaskan hasil studi ini merupakan yang pertama digunakan untuk memeriksa prevalansi nasional gabungan PMS diantara remaja putri di AS. Dr. John Douglas memperkirakan data pada tahun 2003-2004 tersebut merefleksikan tingkat berjangkitnya infeksi PMS belakangan. "Tingginya kasus PMS di kalangan remaja putri kulit hitam merupakan isyarat pasti bahwa AS harus terus mengembangkan cara untuk merangkul mereka yang berisiko tinggi mengidap PMS," kata Douglas.
Dari 838 remaja putri yang mengikuti hasil survei kesehatan pemerintah AS diketahui terjangkit empat jenis infeksi: virus papilloma manusia atau HPV, yang dapat mengakibatkan kanker leher rahim diderita oleh 18 persen peserta survei; chlamydia diderita oleh 4 persen peserta survei; trichomonisiasis, 2,5 persen; serta virus herpes simplex, 2 persen.
Hasil survei kesehatan ini seringkali kurang diindahkan karena sebagian besar kalangan remaja putri di AS berpendapat bahwa mereka tidak berisiko terserang PMS. Beberapa dokter di AS merasa sungkan untuk mendiskusikan PMS dengan pasien remaja putri atau menawarkan pemeriksaan karena masalah kerahasiaan hasil medis mengingat pihak orang tua harus mengetahui hasil pemeriksaan medis terhadap putri remaja mereka.
Virus yang mengakibatkan timbulnya kanker leher rahim nampak dominan pada infeksi PMS di kalangan remaja putri AS untuk golongan usia antara 14 hingga 19 tahun. Prevalansi tertinggi dari keseluruhan kasus terdapat pada kalangan remaja putri kulit hitam atau mencapai hampir separuh dari kasus PHS yang ada. Hasil studi yang dikeluarkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS ini menyebutkan 20 persen kasus PMS terjadi di kalangan remaja kulit putih dan warga Amerika asal Meksiko.
Sekitar separuh peserta survei atau 40 persen diantaranya mengaku pernah berhubungan seks. Sementara peserta studi lainnya mengaku melakukan hubungan intim dalam bentuk oral seks yang berisiko pada terjangkitnya PHS.
Dr. John Douglas, direktur divisi PMS dari Badan Pengendalian Penyakit AS, menjelaskan hasil studi ini merupakan yang pertama digunakan untuk memeriksa prevalansi nasional gabungan PMS diantara remaja putri di AS. Dr. John Douglas memperkirakan data pada tahun 2003-2004 tersebut merefleksikan tingkat berjangkitnya infeksi PMS belakangan. "Tingginya kasus PMS di kalangan remaja putri kulit hitam merupakan isyarat pasti bahwa AS harus terus mengembangkan cara untuk merangkul mereka yang berisiko tinggi mengidap PMS," kata Douglas.
Dari 838 remaja putri yang mengikuti hasil survei kesehatan pemerintah AS diketahui terjangkit empat jenis infeksi: virus papilloma manusia atau HPV, yang dapat mengakibatkan kanker leher rahim diderita oleh 18 persen peserta survei; chlamydia diderita oleh 4 persen peserta survei; trichomonisiasis, 2,5 persen; serta virus herpes simplex, 2 persen.
Hasil survei kesehatan ini seringkali kurang diindahkan karena sebagian besar kalangan remaja putri di AS berpendapat bahwa mereka tidak berisiko terserang PMS. Beberapa dokter di AS merasa sungkan untuk mendiskusikan PMS dengan pasien remaja putri atau menawarkan pemeriksaan karena masalah kerahasiaan hasil medis mengingat pihak orang tua harus mengetahui hasil pemeriksaan medis terhadap putri remaja mereka.