Perangi Demam Berdarah dengan Teknik Serangga Mandul
Teknik
Serangga Mandul (TSM) yang dikembangkan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)
dapat menjadi cara pengendalian baru nyamuk demam berdarah (DB). Sejak tahun
2011, metode TSM telah diaplikasikan di beberapa kota di Tanah Air. Hasilnya,
TSM mampu menurunkan populasi nyamuk hingga di atas 90%.
"TSM
merupakan produk inovasi terbaru pengendalian nyamuk yang layak dijadikan
andalan pengendalian DB," kata Kasubdit Pengendalian Penyakit Bersumber
Binatang Kementerian Kesehatan, Winarno, dalam penandatanganan nota kesepahaman
antara Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit
(B2P2VRP) dan BATAN di Salatiga, Jawa Tengah.
Selain
diuji coba di Salatiga, TSM juga sudah dilaksanakan di Kabupaten Banjarnegara
(Jateng) dan Bangka Barat (Bangka Belitung). Meskipun kota-kota yang diuji coba
memiliki karakteristik berbeda, TSM terbukti tetap dapat diaplikasikan dan
mampu menurunkan populasi vektor secara drastis.
Namun
demikian, Kepala B2P2VRP Bambang Heriyanto berharap, kedepannya TSM bisa jadi
andalan membasmi nyamuk penyebab DBD (Demam Berdarah Dengue). Walau masih
membutuhkan kajian lebih dalam lagi. "Namun yang jelas dengan turunnya
jumlah vektor, jumlah gigitan kepada manusia pun berkurang," ujarnya.
Di
Salatiga, uji coba TSM dilakukan di dua kelurahan yakni Sidorejo dan Glontongan.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Sovie Hariyanti, sejak TSM
diaplikasikan, pihaknya tidak menemukan adanya kasus DBD di dua kelurahan
tersebut. "Harapan saya TSM bisa diaplikasikan di seluruh kelurahan di
Salatiga," ujarnya.
Metode
yang digunakan BATAN sebenarnya tidak terlalu rumit. Mulanya, peneliti
menyeleksi nyamuk jantan dan memandulkannya dengan radiasi nuklir gamma
berdosis 70 Gy. Nyamuk jantan yang telah mandul kemudian dilepas di rumah warga
dan dibiarkan bersaing secara alamiah untuk mengawini nyamuk betina.
"Dengan begitu, pembiakan telur bisa diputus," ujar peneliti BATAN
Ali Rahayu.
Nyamuk
jantan dipilih karena nyamuk ini tidak berperan sebagai vektor dan lazimnya
tidak menggigit manusia. Berbeda dengan nyamuk betina yang harus menghisap
darah manusia secukupnya untuk mematangkan telur-telurnya. Untuk setiap rumah,
BATAN melepas 40 hingga 60 ekor nyamuk jantan mandul. Pelepasan nyamuk
dilakukan secara reguler sekali sepekan selama lima pekan berturut-turut.
Menurut
Ali, meskipun terkena radiasi gamma, nyamuk jantan mandul dapat bersaing secara
normal dalam perburuan membuahi betina. "Nantinya nyamuk jantan mandul
yang akan memenangkan persaingan karena jumlahnya lebih besar," ujarnya.
Hama
jantan mandul yang kawin dengan nyamuk betina tidak menghasilkan keturunan.
Setelah beberapa generasi berturut-turut dilepaskan, maka populasi hama akan
terus menurun sampai angka nol. "Sesuai dengan umur nyamuk yang hanya satu
setengah bulan," jelas Ali lagi.
TSM,
lanjut Ali, juga lebih ramah lingkungan dibanding fogging atau pengasapan yang
mengandung racun. Untuk satu paket TSM, warga per satu RT hanya perlu merogoh
kocek sekitar Rp 75 ribu.
"Bandingkan
dengan metode fogging yang satu
paketnya mencapai Rp 1,5 juta. Selain itu, fogging
terus-menerus dengan dosis yang kurang tepat juga dapat berpotensi membuat
nyamuk resisten terhadap insektisida," tandasnya.
Referensi :
http://client.okezone.com/batan/artikel1.html
download artikel tersebut? klik disini aja,,,


