Adiksi Pornografi Masalah Baru Kesehatan Masyarakat

“Pornografi akan menganggu pola pikir yang menyebabkan perubahan perilaku untuk memberikan kepuasan seksual yang tidak dapat dikontrol, menimbulkan masalah kriminalitas seksual yang berdampak luas bagi kelompok masyarakat dimanapun, terutama anak-anak, remaja, lembaga pendidikan, pembantu rumah tangga dan wanita,” kata Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Medico legal, Faiq Bahfen, di Jakarta, Senin (27/9).
Menurutnya, kerusakan otak akibat pornografi sulit dideteksi dengan cara-cara yang konvensional dan memerlukan alat-alat canggih untuk dapat menegakkan kerusakan struktural otak di 5 tempat vital yakni Lobus Frontal, Gyrus Insula, Nucleus Accumbens, Cingulate dan Cerebellum yang berperan di dalam mekanisme kontrol perilaku yang menimbulkan perbuatan berulang-ulang terhadap pemuasan seksual (Addict pornografi).
“Paparan Pornografi didapat dari game online, internet, tayangan TV, alat-alat teknologi cangih, yang dampaknya sangat luas serta sulit dikontrol, adiksi diawali dengan produksi berlebihan zat pengantar saraf (dopamin) yang menyebabkan ketagihan dan suatu ketika otak tempat produksi zat tersebut akan mengecil,” katanya.
Dijelaskannya, pandemi adiksi pornografi mempengaruhi dampak psikososial cukup berat dalam kehidupan masyarakat yang mengakibatkan perubahan perilaku dan tatanan sosial yang menentukan perilaku sosial di masyarakat seperti kriminalitas, seks bebas, yang juga mempengaruhi pola fikir secara umum (collective mindset).
“Hal ini akan menurunkan kemampuan masyarakat untuk berdaya dan berhasil guna, sehingga berujung pada keunduran masyarakat (Social Confuse), konsumsi pornografi akan mengubah pola perilaku seseorang karena terbukti mengenai lobus atau bagian otak, terutama pusat eksekutif otak daerah frontal tepatnya dibelakang dahi,” ujarnya.
Faiq juga mengemukakan, berkembangnya teknologi kesehatan dibidang neuropsikologi dan berbagai penelitian dibidang kesehatan intelegensia, yang didalamnya terdapat metode pemeliharaan dan peningkatan kesehatan intelegensia, diharapkan dapat memperbaiki dampak kerusakan otak akibat adiksi pornografi yang berpengaruh langsung pada prestasi akademik pelajar, ketrampilan hidup, usia produktif, perilaku emosi dan mental remaja atau anak yang terpapar, sehingga dapat menyelamatkan keluarga dan masyarakat dari bahaya adiksi pornografi.
Selain itu kata dia, perlu membangun kesadaran semua pihak, baik pemerintah khususnya bidang kesehatan, pendidikan, agama, sosail, budaya dan informasi maupun masyarakat agar peduli untuk mendidik sejak skala kecil yakni keluarga sehingga menimbulkan dampak positif, juga untuk mengantisipasi bahaya global modernisasi informasi.
sumber : bipnewsroom.info
“Paparan Pornografi didapat dari game online, internet, tayangan TV, alat-alat teknologi cangih, yang dampaknya sangat luas serta sulit dikontrol, adiksi diawali dengan produksi berlebihan zat pengantar saraf (dopamin) yang menyebabkan ketagihan dan suatu ketika otak tempat produksi zat tersebut akan mengecil,” katanya.
Dijelaskannya, pandemi adiksi pornografi mempengaruhi dampak psikososial cukup berat dalam kehidupan masyarakat yang mengakibatkan perubahan perilaku dan tatanan sosial yang menentukan perilaku sosial di masyarakat seperti kriminalitas, seks bebas, yang juga mempengaruhi pola fikir secara umum (collective mindset).
“Hal ini akan menurunkan kemampuan masyarakat untuk berdaya dan berhasil guna, sehingga berujung pada keunduran masyarakat (Social Confuse), konsumsi pornografi akan mengubah pola perilaku seseorang karena terbukti mengenai lobus atau bagian otak, terutama pusat eksekutif otak daerah frontal tepatnya dibelakang dahi,” ujarnya.
Faiq juga mengemukakan, berkembangnya teknologi kesehatan dibidang neuropsikologi dan berbagai penelitian dibidang kesehatan intelegensia, yang didalamnya terdapat metode pemeliharaan dan peningkatan kesehatan intelegensia, diharapkan dapat memperbaiki dampak kerusakan otak akibat adiksi pornografi yang berpengaruh langsung pada prestasi akademik pelajar, ketrampilan hidup, usia produktif, perilaku emosi dan mental remaja atau anak yang terpapar, sehingga dapat menyelamatkan keluarga dan masyarakat dari bahaya adiksi pornografi.
Selain itu kata dia, perlu membangun kesadaran semua pihak, baik pemerintah khususnya bidang kesehatan, pendidikan, agama, sosail, budaya dan informasi maupun masyarakat agar peduli untuk mendidik sejak skala kecil yakni keluarga sehingga menimbulkan dampak positif, juga untuk mengantisipasi bahaya global modernisasi informasi.
sumber : bipnewsroom.info